Gejala Serangan Jantung Ditulis Oleh: dr. Fajar Pengantar Serangan jantung adalah kondisi yang terjadi ketika pasokan darah menuju ke jantung terhambat. Ini adalah kondisi medis darurat yang biasanya disebabkan oleh penggumpalan darah atau penumpukan lemak, kolesterol, dan unsur lainnya. Gangguan aliran darah ke jantung tersebut bisa merusak atau menghancurkan otot jantung dan bisa berakibat fatal. Penyebab Terjadinya Serangan Jantung Penyebab utama terjadinya serangan jantung adalah penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner terjadi karena tersumbatnya pembuluh darah utama yang memasok darah ke jantung (pembuluh koroner). Sumbatan ini disebabkan oleh timbunan kolesterol berupa plak yang menempel di dinding pembuluh darah.Plak yang retak akan mengakibatkan terjadinya penggumpalan darah. Akhirnya, penggumpalan darah ini akan menghambat pasokan darah dan oksigen ke jantung melalui pembuluh koroner. Kondisi inilah yang akhirnya menyebabkan terjadinya serangan jantung. Faktor Resiko Penyakit Serangan Jantung Terdapat beberapa faktor risiko yang berkontribusi dalam menyebabkan terjadinya penimbunan lemak dan akhirnya mempersempit pembuluh darah. Beberapa faktor resiko tersebut antara lain :
Berikut ini adalah gejala yang mungkin muncul pada penderita serangan jantung:
Serangan jantung bisa muncul secara tiba-tiba, namun terkadang, bisa juga muncul tanda dan gejala awal sebelum mengalami serangan jantung. Gejala awal biasanya berupa sakit pada bagian dada. Serangan jantung tidak tergantung pada keparahan sakit dada yang dirasakan. Sakit dada yang dirasakan belum tentu terjadi pada semua orang yang merasakan sakit jantung. Kadang-kadang rasa sakitnya ringan dan disalahartikan sebagai gangguan pencernaan biasa, seperti sakit lambung /maag. Pencegahan Serangan Jantung Supaya anda bisa terhindar dari sakit jantung, ada beberapa hal yang dapat anda lakukan, antara lain : - Menjaga pola makan yang sehat. Kurangi untuk makan makanan yang banyak mengandung lemak dan mengandung kolesterol yang tinggi dan akan lebih baik jika anda menghindarinya. Kurangi juga untuk mengkonsumsi Seafood, karena mengandung kolesterol yang tinggi dan bisa membahayakan kesehatan jantung. Kurangi juga untuk memakan makanan yang digoreng karena makanan yang digoreng juga mengandung kadar lemak yang sangat tinggi, dan akan lebih baik jika anda mengkonsumsi makanan yang diolah dengan cara dikukus, direbus, dan dipanggang. Sebaiknya konsumsi makanan yang mempunyai kandungan lemak yang rendah atau tanpa lemak.Selain anda harus menghindari makanan yang memiliki kandungan lemak yang tinggi, anda juga harus menghindari makanan dan minuman kandungan kadar gula yang tinggi seperti soft drink. Dan juga jangan terlalu banyak mengkonsumsi karbohidrat, karena didalam tubuh, karbohidrat bisa pecah dan dapat menjadi lemak. Dan sebaiknya konsumsi gandum yang bisa membantu untuk menjaga jantung tetap sehat dan terhindar dari sakit jantung. Selain itu jaga pola makan agar dapat terhindar dari kegemukan, karena jika lingkar pinggang lebih dari 80cm maka akan rawan sekali untuk terkena sakit jantung. - Berhenti untuk merokok. Dengan menghisap rokok tentu sangat tidak baik untuk kesehatan jantung, maka akan lebih baik jika anda menghentikan kebiasaan merokok anda agar jantung anda tetap terjaga dan anda akan mempunyai jantung yang sehat. - Menghindari stress. Stres memang sungguh sulit untuk dihindari jika hidup di lingkungan perkotaan besar seperti pada saat seseorang mengalami stres, maka tubuh mengeluarkan hormon cortisol yang dapat menimbulkan pembuluh darah pada jantung menjadi kaku. Hormon norepinephrine akan dihasilkan oleh tubuh pada saat mengalami stres, sehingga dapat mengakibatkan tekanan darah menjadi naik. Jadi, akan sangat baik jika Anda menghindari stres dimanapun anda berada. - Tekanan darah tinggi. Tekanan darah tinggi atau yang biasa disebut dengan hipertensi juga dapat memicu sakit jantung. Tekanan darah tinggi dapat mengakibatkan dinding arteri luka dan mengakibatkan kolesterol memasuki pembuluh arteri dan hal tersebut mengakibatkan timbulkan tumpukan plak pada dinding arteri. - Kelebihan berat badan. Kelebihan berat badan atau obesitas juga dapat mengakibatkan sakit jantung. Dengan cara menghindari dan mengobati obesitas, maka akan dapat menghindari diabetes. Karena diabetes dapat menimbulkan penyakit jantung coroner dan dapat meningkatkan resiko serangan pada jantung. - Berolahraga dengan teratur. Anda bisa melakukan olahraga setiap pagi seperti, jalan santai, jogging, jalan cepat dan lain sebagainya. Dengan berolahraga yang bukan berkompetisi serta tidak terlalu berlebihan akan dapat menjadikan jantung anda menjadi lebih kuat dan dapat melancarkan peredaran darah menuju keseluruh tubuh. - Mengkonsumsi antioksidan. Polusi udara seperti asap kendaraan dan asap rokok dapat menimbulkan radikal bebas yang terjadi didalam tubuh. Radikal bebas bisa mengakibatkan endapan yang bisa mengakibatkan penyumbatan pada pembuluh darah. Perlu adanya antioksidan yang dapat berfungsi untuk mengeluarkan kandungan radikal bebas dalam tubuh, dan akan membuangnya. Antioksidan tersebut didapat dari beberapa macam buah-buahan dan sayuran yang biasanya dapat dikonsumsi setiap hari. - Faktor keturunan. Biasanya seorang yang orang tua atau saudara kandungnya sebelum usia 60 tahun pernah mengalami serangan jantung akan memicu risiko lebih besar menderita sakit jantung. Jadi, oleh sebab itu, jika Anda mempunyai saudara atau kerabat yang pernah mengalami serangan jantung, akan lebih baik jika anda lebih berhati-hati untuk menjaga gaya hidup dan pola makan, agar dapat dapat menunjang kesehatan untuk jantung anda. DAFTAR PUSTAKA
Ditulis Oleh: Instalasi Farmasi RSU Bhakti Rahayu Denpasar Hipertensi terjadi ketika pembuluh darah mengalami penyempitan ataupun peningkatan volume darah yang akan menyebabkan jantung harus bekerja lebih kuat untuk tetap memberikan pasokan oksigen dan nutrisi ke seluruh bagian tubuh. Peristiwa tersebut akan memberikan implikasi klinis berupa peningkatan tekanan darah yang diukur pada dua kali pengukuran yakni pada keadaan istirahat atau tenang dengan selang waktu pengukuran yaitu selama lima menit. Disebut dengan peningkatan tekanan darah tinggi apabila tekanan darah yang diukur pada pemeriksaan tersebut diatas memberikan hasil diatas 140 mmHg untuk tekanan darah diastolik dan lebih dari 90 mmHg untuk tekanan darah sistolik. Terdapat berbagai mekanisme yang berperan dalam pengaturan homeostatik dari tekanan darah dalam tubuh, salah satu mekanisme yang berperan yakni Renin Angiotensin Aldosteron System (RAAS). Sistem ini selain berperan dalam mengatur tekanan darah dalam tubuh manusia berperan pula dalam perfusi jaringan, keseimbangan cairan dan elektrolit, serta pada pengaturan pertumbuhan vascular itu sendiri. Proses pengaturan ini dimulai dari dibentuknya sebuah dekapeptida yang disebut dengan Angiotensin I dari katalisis pemecahan Angiotensinogen oleh Renin, yang kemudian Angiotensin I ini akan dirubah menjadi oktapeptida yang disebut Angiotensin II melalui proses katalisis yang dilakukan oleh suatu efektor primer dari RAAS yaitu Angiotensin Converting Enzym (ACE). Selanjutnya Angiotensin I dan Angiotensin II ini akan berikatan dengan reseptor tipe 1 yang spesifik untuk Angiotensin I dan Angiotensin II. Proses tersebut akan memediasi terjadinya vasokonstriksi, hipertropi, prolifeotease rasi sel, sekresi aldosteron, serta penghambatan umpan balik pelepasan renin lebih lanjut yang dilaksanakan oleh Ginjal. Dimana peristiwa mediasi vasokonstriksi, hipertropi, proliferasi sel, sekresi aldosteron merupakan efek biologi yang utama proses ikatan Angiotensin I dan Angiotensin II ke reseptor tipe 1 (Fogari dan Zoppi, 2010). Pelepasan renin dari Ginjal akan menyebabkan suatu peristiwa penting dalam aktivasi dari RAAS, dimana renin merupakan suatu enzim yaitu enzim protease. Plasma Renin Activity (PRA) merupakan suatu indikator yang menunjukkan tingkat aktivitas pada RAAS serta menunjukkan refleksi dari kapasitas renin yang bersirkulasi untuk memecah Angiotensinogen menjadi bentuk Angiotensin I sehingga dapat digunakan sebagai indikator untuk mendeteksi adanya suatu disregulasi dari RAAS (Cagnoni, et al, 2010). Terapi antihipertensi bekerja di lokasi target yang berbeda dalam RAAS. Salah satunya adalah terapi dengan antihipertensi Direct Renin Inhibitor (DRI) yang menyebabkan reduksi dari PRA melalui penurunan Angiotensi I yang kemudian berpengaruh terhadap perubahan Angiotensin I menjadi Angiotensin II melalui penurunan subtrat yang disediakan untuk perubahan tersebut. Salah satu agen yang bekerja sebagai DRI adalah Aliskiren yang merupakan agen DRI yang pertama hadir. Aliskiren merupakan sebuah oktanamide, nonpeptida kelas baru dan memiliki berat molekul kecil serta efektif secara oral (mencapai konsentrasi plasma puncak dalam 1-3 jam) sebagai inhibitor renin. Pada manusia aliskiren memiliki waktu paruh plasma yang menunjukkan eleminasi terminal yang lambat yaitu selama 23-70 jam dan eleminasi utama melalui feses dengan bentuk yang tidak termetabolisme. Selain itu, kira-kira 47-51% aliskiren berikatan dengan protein plasma pada manusia. Menurut studi secara in vitro, terdapat keterlibatan enzim utama Cytochrome P450 (CYP3A4) yang bertanggung jawab terhadap metabolismenya (Cagnoni, et al, 2010). Aliskiren memiliki konsentrasi puncak, Area Under Curve (AUC), dan waktu paruh yang hanya sedikit lebih besar pada pasien dengan disfungsi hepar namun tidak berhubungan dengan kliren dari kreatinin sehingga penggunaan aliskiren tidak diperlukan indikasi untuk merubah dosis yang direkomendasikan pada pasien dengan gangguan hepar dan ginjal. Aliskiren juga ditoleransi dengan baik pada semua umur termasuk pada pasien usia lanjut. Efek samping yang paling umum dari penggunaan aliskiren yaitu diare, nasofaringitis, sakit kepala, pusing, nyeri punggung, gangguan saluran cerna, ruam dan batu ginjal. Selain itu terdapat pula gejala berupa batuk dan angiedema (edema meliputi bagian tubuh pada wajah, bibir, lidah, tangan, dan dapat pula seluruh tubuh yang telah dilaporkan pada 1% pasien yang menggunakan aliskiren) yang mungkin terjadi karena kerja aliskiren yang menghambat RAAS secara langsung. Aliskiren kontraindikasi pada hipersensitif terhadap molekul aliskiren, wanita hamil, serta stenosis arteri ginjal bilateral (Cagnoni, et al, 2010). Hipertensi merupakan suatu kondisi yang progresif dengan pengaruh yang signifikan terhadap kesehatan tubuh manusia. Mencapai dan memelihara tekanan darah yang optimal menurunkan resiko penyakit kardiovaskular, cerebrovaskular dan renal serta menghindari kematian merupakan tujuan utama pengobatan hipertensi. Dalam upaya mencapai tujuan tersebut, kurangkurangnya terdapat 2 agen antihipertensi yang digunakan dalam modalitas terapi hipertensi sesuai dengan bukti-bukti yang terus dikumpulkan dari landmark randomized trial. Kombinasi aliskiren dengan Angiotensin Converting Enzym Inhibitor (ACEI) atau dengan Angiotensin Receptor Blocker (ARB) menunjukkan bahwa terdapat penurunan tambahan tekanan darah yang dicapai. Beberapa penelitian telah banyak dilakukan untuk meneliti pendapat ini, seperti misalnya pada studi yang dilakukan kepada para pilot dimana aliskiren dengan dosis 150 miligram diminum satu kali dalam sehari ditambahkan ke dalam ramipril dengan dosis 5 miligram satu kali sehari dalam 3 minggu memperlihatkan penurunan dalam tekanan darah tambahan sebanyak 7-8 mmHg pada tekanan darah sistolik ambulatory pada siang dan malam hari. Hal tersebut juga dilakukan dalam terapi irbesartan dengan dosis 150 miligram satu kali sehari,kombinasi dengan aliskiren dapat menurunkan tekanan darah sistolik siang hari dengan tambahan sebanyak 1,9 mmHg dan tekanan darah pada malam hari sebanyak 4,2 mmHg (Eipstein, 2010). Pada percobaan yang dilakukan pada orang sehat, menunjukkan bahwa aliskiren dalam dosis pengobatan menunjukkan peningkatan dalam jangka waktu lama pada aliran plasma renal. Pada percobaan yang melibatkan 1797 pasien dengan tekanan darah diastolic pada saat duduk sebesar 95-109 mmHg dan tenakan darah diastolik ambulatory siang hari 8 jam sebesar ≥90 mmHg menunjukkan bahwa dengan aliakiren sebesar 300 miligram dapat menurunkan tekanan darah diastolik pada waktu duduk sebesar 17,2 mmHg dan menurunkan tekanan darah diastolik ambulatory siang hari 8 jam sebesar 12,2 mmHg, sedangkan pada terapi dengan valsartan sebesar 320 miligram dapat menurunkan tekanan darah diastolik pada waktu duduk sebesar 12,8 mmHg dan menurunkan tekanan darah diastolik ambulatory siang hari 8 jam sebesar 9,7 mmHg, sedangkan dengan placebo setelah 8 minggu pengobatan dapat menurunkan tekanan darah diastolik pada waktu duduk sebesar 4,6 mmHg dan menurunkan tekanan darah diastolik ambulatory siang hari 8 jam sebesar 4,1 mmHg. Studi ini pada kelompok 581 pasien dengan hipertensi stadium 2, penurunan tekanan darah terlihat lebih jelas yaitu menunjukkan penurunan tekanan darah sistolik sebesar 22,5 mmHg dan tekanan darah diastolik sebesar 11,4 mmHg dalam kombinasi dibandingkan dengan pengobatan dengan hanya menggunakan aliskiren menunjukkan penurunan tekanan darah sistolik sebesar 17,3 mmHg dan tekanan darah diastolik sebesar 8,9 mmHg, dengan valsartan menunjukkan penurunan tekanan darah sistolik sebesar 15,3 mmHg dan tekanan darah diastolik sebesar 8,3 mmHg, sedangkan pada placebo menunjukkan penurunan tekanan darah sistolik sebesar 7,9 mmHg dan tekanan darah diastolik sebesar 3,7 mmHg. Kombinasi aliskiren dengan valsartan dalam dosis maksimal yaitu sebesar 300 miligram aliskiren dengan 320 miligram valsartan menunjukkan profil aman dan toleransi (Eipstein, 2010) Aliskiren menunjukkan batas keamanan pada fungsi dan biokomiawi dari renal, terutama dalam tingkat potasiun serum pasien gangguan renal, gagal jantung maupun diabetes mellitus. Namun penghambatan dalam RAAS dengan terapi kombinasi seperti pada aliskiren dengan ACEI ataupun dengan ARB juga memerlukan evaluasi terutama dimana tekanan darah dan fungsi renal dalam keadaan tergantung pada fungsi renal seperti pada usia lanjut ataupun pada pasien salt-depleted. Evaluasi tersebut juga penting pada pasien yang sedang menggunakan agen penghambat siklooksigenase (COX), pasien dengan stenosis arteri renal serta pasien dalam pengaruh anestesi. Aliskiren memiliki sifat psikokimia yang penting dalam memperbaiki bioavailabilitas dalam pemberian secara oral, sifat tersebut yaitu memiliki kelarutan yang encer yaitu > 350 mg/ml pada pH 7,4 serta sangat hidrofilik yaitu dengan log poct/water=2,45 pada pH 7,4. Pada studi dengan pria sehat telah diteliti aliskiren dalam dosis 40-1800 miligram, dimana konsentrasi plasma meningkat sesuai dengan peningkatan dosis oral aliskiren yaitu pada dosis 40-640 miligram per hari dengan konsentrasi puncak tercapai dalam 3-6 jam dan waktu paruh plasma yaitu 23,7 jam. Konsentrasi plasma steady state tercapai setelah 5-8 hari pengobatan. Aliskiren menunjukkan spesifisitas yang baik pada sistem renin manusia dengan hampir tidak ada efek penghambatan melawan peptida aspartik lainnya seperti misalnya cathepsin D dan pepsin (Allikmets, 2007). Sekitar 30% pasien dewasa dengan hipertensi tidak waspada terhadap bagaimana kondisinya. Pada pengobatan hipertensi di Jepang menunjukkan bahwa pasien dengan pengobatan antihipertensi tidak mencapai target terapi (target terapi yaitu tekanan darah < 140/90 mmHg) sehingga menimbulkan keadaan hipertensi resisten. Penyebab hipertensi resisten adalah multifaktorial, dimana pennyebab sekunder disebabkan oleh karena aldosteronisne sekunder, penyakit ginjal kronis, stenosis arteri renal serta sleep apne yang obstruktif. Salah satu komponen dari hipertensi resisten yaitu voleme yang berlebihan dimana terjadi kegagalan untuk memperkuat regimen diuretik. Hasil penelitian sebelumnya menyatakan bahwa terdapat ketidakefektifan dari dosis adekuat dalam kombinasi ACEI dengan diuretik ataupun kombinasi ACEI dengan ARB dalam penanganan hipertensi resisten. Saat ini telah diobservasi bahwa blokase aldosteron dengan spirololakon merupakan strategi yang efektif untuk menurunkan tekanan darah sistolik maupun tekanan darah diastolik saat dikombinasikan ke dalam regimen antihipertensi. Salah satu studi menyebutkan pasien dengan hipertensi resisten yang tidak memiliki respon terhadap spironolakton menunjukkan penurunan tekanan darah yang signifikan ketika diberikan aliskiren dengan dosis 300 miligarm. Studi ini melibatkan 43 pasien pria dan wanita dengan umur ≥ 40 tahun dengan hipertensi resisten dan telah menggunakan pengobatan antihipertensi dari 3 atau lebih kelas obat antihipertensi dalam 1 bulan terakhir, dimana setelah diberikan pengobatan aliskiren 150 miligram sekali dalam sehari pada pagi hari selama 3 bulan dan memberikan hasil berupa penurunan tekanan darah sistolik maupun tekanan darah diastolik secara signifikan. Hal tersebut terlihat pula pada pasien Jepang dengan hipertensi resisten yang diberikan aliskiren 150 miligram. Oleh Karena itu, aliskiren dapat digunakan sebagai pengobatan pilihan pada pasien dengan hipertensi resisten (Yushitomi,et al, 2012) ReferensiFogari, Roberto & Zoppi, Annalisa. 2010. New class of agents for treatment of hypertension: focus on direct renin inhibition. Vascular Health and Risk Manag ement. (serial online), Sep.,[cited 2015 Apr. 3].Available from: URL: http://www.dovepress.com/articles.php?article_id=5432
Cagnoni, et al. 2010. Blocking the RAAS at different levels: an update on the use of the direct renin inhibitors alone and in combination. Vascular Health and Risk Management. (serial online), Jun.,[cited 2015 Apr. 3].Available from: URL: http://www.dovepress.com/articles.php?article_id=4690 Eipstein, BJ. 2010. Aliskiren and valsartan combination therapy for the management of hypertension. Vascular Health and Risk Management. (serial online), Aug.,[cited 2015 Apr. 3].Available from: URL: http://www.dovepress.com/articles.php?article_id=5024 Allikments, Kristina. 2007. Aliskiren – an orally active renin inhibitor. Review of pharmacology, pharmacodynamics, kinetics, and clinical potential in the treatment of hypertension. Vascular Health and Risk Management. (serial online), [cited 2015 Apr. 3].Available from: URL: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18200801 Yoshitomi, Yuji. 2012. Effectiveness Of The Direct Renin Inhibitor, Aliskiren In Patients With Resistant Hypertension. Miyauchi Makoto Memorial Clinic . Oct-Dec, (serial online), [cited 2015 Apr. 3].Available from: URL: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23676368 Ditulis Oleh: Tim UBS RSU Bhakti Rahayu Denpasar PengertianDehisensi luka adalah terbukanya kembali luka operasi pada daerah berongga maupun pada daerah kompak. Dehisensi dapat berupa terlepasnya sebagian atau keseluruhan jahitan pada kulit beserta lapisan jaringan lain. Pada daerah berongga seringkali tampak jahitan kulit masih utuh namun jahitan pada lapisan lebih dalam (lemak atau muskulatur) terlepas. Dehisensi luka adalah terpisahnya lapisan-lapisan fascia pada luka operasi, hal ini merupakan komplikasi tersering dari infeksi pembedahan yang dalam. PenyebabDehisensi luka operasi abdomen dapat diakibatkan oleh faktor teknis, karakteristik pasien dan factor lokalis. Faktor teknis meliputi kegagalan teknik penutupan luka. Karakteristik pasien dan factor lokalis yang mempengaruhi dehisensi luka adalah mal nutrisi, kadar albumin yang rendah, masalah pernapasan dan infeksi luka. Selain faktor-faktor tersebut, terdapat banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya dehisensi luka. Faktor-faktortersebutadalah anemia, jaundice, uremia, diabetes, hipoalbuminemia, chronic obstructive pulmonary disease (COPD), malignansi, penggunaan steroid, obesitas, dan infeksi luka. Proses Penyembuhan LukaCedera yang terjadi pada jaringan apapun di seluruh tubuh utamanya yang berkaitan dengan diskontinuitas fisik jaringan tersebut, disebut sebagai luka. Luka yang ada kemudian akan mengalami respon fisiologi s untuk kembali pada kondisi sehat yang disebut dengan proses penyembuhan luka. Penyembuhan luka merupakan sebuah fenomena alami dan secara spontan akan terjadi apabila terdapat luka pada jaringan dalam tubuh kita. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka 1. Faktor Lokal a. Iskemia Iskemia adalah kurangnya pasokan darah (nutrisi dan oksigenasi) ke jaringan luka yang dapat disebabkan karena:
Disini diharapkan aproksimasi (penutupan / pendekatan) luka yang baik sehingga posisi tepi luka bersatu dengan baik sehingga mempercepat proses kolagenasi. Luka pada area gerak yang banyak akan sulit penyembuhan lukanya. Ketegangan dalam penjahitan luka juga hendaknya diperhatikan, terlalu tegang akan menimbulkan iskemia. Menarik terlalu keluar penjahitan dapat menyebabkan dead space didalam. Untuk mengantisipasi ini semua dapat digunakan grafts dan flaps (pada jaringan kulit yang banyak hilang), atau post operative splinting. c. Infeksi Dengan adanya rongga (dead space) di dalam luka operasi dapat menyebabkan terkumpulnya darah ( hematoma) dan cairan serous lainnya yang merupakan kultur media yang baik untuk bakteri dan merupakan predisposisi terjadinya infeksi ( Surgical Site Infection). Akibat hematoma juga hemostasis tidak adekuat, terjadi perdarahan, akibat relaksasi pembuluh darah, perdarahan lambat pada infeksi luka atau obat-obatan tikoagulasi atau disseminated intravascular coaghulaphaty merupakan penyebab utama perdarahan. Selain itu bahan-bahan dari benang operasi dapat juga menjadi predisposisi terjadinya infeksi, juga persiapan prabedah yang tidak adekuat misalnya pemberian antibiotic profilaksis d. Trauma lokal Kerusakan jaringan tempat bekas operasi terhadap suatu benturan dapat menyebabkan iskemik parsial atau total. Hal ini menyebabkan respon radang yang hampir sama dengan sepsis dimana dapat mengganggu proses kolagenesis. Jika demikian maka debridement diperlukan. 2. Faktor Sistemik Pada keadaan terjadinya gangguan sistemik maka penyembuhan luka terjadi kegagalan sintesis kolagen dan fungsi imun terganggu. Faktor-faktor sistemik itu antara lain :
Jenis LukaThe Centers for Disease Controls (CDC) mengklasifikasikan luka operasi menjadi 4 kategori berdasarkan tingkat kontaminasinya, yakni clean wounds, clean-contaminated wounds, contaminated wounds dan dirty and infected wounds. 1. Clean wounds (Luka Bersih) Clean wounds merupakan luka tanpa infeksi dan tidak disertai reaksi inflamasi. Luka ini akan sembuh melalui primary union. Luka bersih biasanya menghasilkan luka yang tertutup, jika diperlukan dimasukkan drainase tertutup (misal; Jackson – Pratt). Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% - 5%. 2. Clean-contaminated wounds ( Luka Bersih Terkontaminasi ) Clean-contaminated wounds adalah luka operasi dimana traktus respiratorius, alimentary, genitalia dan traktus urinarius terlibat tanpa adanya kontaminasi. Kemungkinan timbulnya infeksi luka adalah 3% - 11%. 3. Contaminated wounds (Luka Terkontaminasi) Contaminated wounds termasuk luka terbuka, luka trauma atau kecelakaan misalnya saja laserasi jaringan, fraktur terbuka dan luka tusuk. 4. Dirty and infected wounds ( Luka Kotor dan Infeksi ) Dirty and infected wounds adalah luka yang benar-benar telah terkontaminasi kuman. Contoh dari luka ini adalah perforasi organ dan abses. Sedangkan berdasarkan kedalaman dan luas lukanya, luka dapat diklasifikasikan menjadi 4 stadium, yakni: a. Stadium I : Luka Superfisial “Non-Blanching Erithema” : yaitu luka yang terjadi pada lapisan epidermis kulit. b. Stadium II : Luka “Partial Thickness” : yaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial dan adanya tanda klinis seperti abrasi, blister atau lubang yang dangkal. c. Stadium III : Luka “Full Thickness” : yaitu hilangnya kulit keseluruhan meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan yang mendasarinya. Lukanya sampai pada lapisan epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak jaringan sekitarnya. d. Stadium IV : Luka “Full Thickness” yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan tulang dengan adanya destruksi / kerusakan yang luas. PatogenesisPenyebab dari dehisensi luka operasi abdomen dapat dikategorikan dalam satu dari empat kategori berikut, yakni:
Daftar PustakaBennett AH (ed). Medicine Stuffs: Dehisensi Luka Operasi Abdomen
Taylor. 1997. PenangananLuka. Kozier.1995.penjelasanluka. Ditulis Oleh: Tim Unit Laboratorium RSU Bhakti Rahayu Denpasar Apakah tuberkulosis itu?Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang diakibatkan oleh kuman dari kelompok Mycobacterium yaitu Mycobacterium tuberculosis. Terdapat beberapa jenis spesies Mycobacterium antara lain Mycobacterium tuberculosis, Mycobacterium apricanum, Mycobacterium bovis, Mycobacterium leprae, dsb. Yang juga dikenal sebagai Bakteri Tahan Asam ( BTA ). Tuberkulosis (TBC) termasuk dalam 10 besar penyakit yang menyebabkan kematian di dunia. Data WHO menunjukan bahwa pada tahun 2015, Indonesia termasuk dalam 6 besar Negara dengan kasus TB terbanyak. Bagaimanakah penularan TBC?Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang dengan panjang 1 – 10 mikron. Bersifat tahan asam dalam pewarnaan Ziehl Neelse. Tahan terhadap suhu rendah sehingga dapat bertahan hidup dalam jangka waktu lama pada suhu antara 40C sampai -700C. Kuman sangat peka terhadap panas sinar matahari dan sinar UV. Paparan langsung terhadap sinar UV sebagian besar kuman akan mati dalam waktu beberapa menit. Dalam dahak antara suhu 30 - 370C akan mati dalam waktu lebih kurang satu minggu. Kuman dapat bersifat dormant ( tidur atau tidak berkembang ). Kuman ini dapat mengenai hampir semua organ tubuh dengan lokasi terbanyak di paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer. Kuman Mycobacterium tuberculosis menyebar melalui udara dari satu orang yang terinfeksi dengan cara batuk bahkan berbicara. Ketika seseorang terinfeksik kuman Mycobacterium tuberculosis di bagian organ paru-paru, kuman tersebut dapat menetap dan berkembang biak bahkan dapat berpindah melalui darah ke bagian tubuh lainnya seperti ginjal, tulang belakang dan otak. Bagaimanakah gejala dan faktor resiko TBC?Gejala yang diakibatkan oleh penyakit Tuberkulosis dimana kuman dapat tumbuh dan berkembang di organ paru-paru ( Pulmonary Tuberculosis ) seperti :
Faktor resiko dari penyakit Tuberkulosis antara lain :
Bagaimanakah proses diagnosa TBC?Tuberkulosis merupakan penyakit yang sulit untuk terdeteksi. Dokter biasanya menggunakan beberapa cara untuk mendiagnosa penyakit ini, antara lain : Rontgen dada Foto thorak PA tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas; pada kavitas berupa cincin; pada kalsifikasi tampak bercak padat dengan densitas tinggi Tes Mantoux Tes ini dikatakan positif jika indurasi lebih dari 10 – 15 mm Tes darah Lekosit sedikit meninggi, LED meningkat Tes dahak BTA dilakukan untuk memperkuat diagnosa TB aktif dan memperkirakan tingkat infeksinya. Pada BTA positif ditemukan sekurang-kurangnya 3 batang kuman dalam satu sediaan, dengan kata lain 5.000 kuman dalam 1 ml sputum Pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan bronkus dan paru Tes serologi ELISA, Mycodot, untuk mendeteksi antibody IgG specific terhadap basil TB Pemeriksaan PA Pemeriksaan biopsi pada kelenjar getah bening superficial leher, yang biasanya didapatkan hasil limfadenitis pada klien TB. Cara pengambilan bahan sputum : Pada saat berdahak aerosol/percikan dapat menulari orang yang ada disekitarnya, karena itu tempat berdahak harus berada ditempat yang jauh dari kerumunan orang, misalnya di ruang terbuka atau ruang khusus pengambilan sampel sputum.
Bagaimanakah pengobatan dan pencegahan TBC?Penyakit yang tergolong serius ini dapat disembuhkan jika diobati dengan benar. Langkah pengobatn yang dibutuhkan adalah dengan mengonsumsi beberapa jenis antibiotik dalam jangka waktu tertentu. Obat yang digunakan untuk TBC digolongkan atas dua kelompok yaitu obat primer dan sekunder. Obat primer untuk TB adalah isoniazid(INH), rimfapisis, Etambutol, Steptomisin, dan Pirazinamid. Selain itu ada pula obat sekunder untuk TB yaitu Exionamid, Paraaminosalisilat, Sikloserin, Amikasin, Kapreomisin, dan Kanamisin. Penggunaan obat – obat primer dan sekunder tergantung dari tingkat keparahan Tb yang diderita. Sejumlah efek samping lain dari obat – obatan TB meliputi mual, muntah, penurunan nafsu makan, sakit kuning, urine yang berwarna gelap, demam, ruam serta gatal – gatal pada kulit. Masa penyembuhan TB berbeda – beda pada tiap pengidap dan tergantung pada kondisi kesehatan pengidap serta tingkat keparahn TB yang dialami. Langkah utama untuk mencegah tuberkulosis adalah dengan menerima imunisasi BCG (Bacillus Calmette-Guerin). Di Indonesia, vaksin ini termasuk daftar imunisasi wajib dan diberikan sebelum bayi berusia 2 bulan. Berikut ada beberapa cara agar orang sehat tidak tertular penyakit TB, yaitu :
Jika TBC tidak diobati, apakah bahaya komplikasinya?Apabila tidak diobati, bakteri TB dapat menyebar ke bagian tubuh lain dan berpotensi mengancam jiwa pengidapnya. Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi adalah:
Ditulis oleh: Tim Artikel Unit Rawat Jalan RSU Bhakti Rahayu Denpasar Hampir semua orang pernah mendengar tentang kencing manis atau sakit gula darah atau yang disebut juga Diabetes Mellitus (DM). Dan tak jarang kita juga mendengar mitos-mitos tentang penyakit itu di dalam masyarakat. Tapi, apa sebetulnya penyakit Diabetes? Apa itu diabetes?Diabetes melitus (DM) yang juga dikenal sebagai penyakit kencing manis atau penyakit gula darah adalah penyakit yang disebabkan oleh kekurangan insulin atau berkurangnya efektivitas insulin. Hal ini ditandai dengan hiperglikemia atau peningkatan kadar glukosa melebihi normal yang berlangsung terus- menerus. Insulin adalah salah satu hormon yang diproduksi oleh pankreas yang bertanggung jawab untuk mengontrol jumlah/kadar gula dalam darah dan insulin dibutuhkan untuk merubah (memproses) karbohidrat, lemak, dan protein menjadi energi yang diperlukan tubuh manusia. Hormon insulin berfungsi menurunkan kadar gula dalam darah. Tipe-tipe diabetesBerdasarkan penyebabnya Diabetes Melitus digolongkan menjadi 3 jenis yaitu: 1. Diabetes mellitus tipe 1 Diabetes melitus tipe 1 disebabkan oleh kegagalan tubuh untuk memproduksi insulin. Diabetes tipe ini dapat terdeteksi ketika seseorang berusia muda, bahkan anak-anak dan sebagian besar penderitanya kurus. Penderita akan membutuhkan insulin dari luar tubuh secara rutin terus-menerus sepanjang hidupnya. 2. Diabetes mellitus tipe 2 Diabetes melitus tipe 2 disebabkan karena kekurangan insulin, dimana tubuh tidak menghasilkan insulin dalam jumlah yang cukup atau insulin yang dihasilkan tidak dapat bekerja secara memadai. Hal ini menyebabkan tubuh memiliki masalah dalam mengubah karbohidrat menjadi energi sehingga terjadi peningkatan kadar glukosa dalam darah. Diabetes tipe 2 merupakan jenis penyakit yang dapat menyerang orang dari segala usia, namun mayoritas terjadi pada orang berusia diatas 30 tahun. Penderita diabetes tipe 2 dapat mengontrol kadar gula darahnya dengan diet, olahraga, antidiabetik oral atau kadang-kadang memerlukan suntikan insulin. Apabila tidak melakukan terapi pengobatan dan perubahan gaya hidup yang tepat maka dapat menimbulkan resiko penyakit jantung, kebutaan, kerusakan saraf dan organ, dan kondisi serius lainnya. 3. Diabetes mellitus gestasional Wanita hamil yang tidak pernah menderita diabetes melitus sebelumnya tetapi ketika hamil memiliki kadar glukosa yang tinggi. Diabetes melitus gestasional terjadi karena adanya hormon kehamilan yang bekerja berlawanan dengan insulin. Diabetes melitus gestasional biasanya terjadi pada kehamilan trimester ke-2 atau ke-3 (setelah usia kehamilan 3 atau 6 bulan), dan umumnya menghilang sengan sendirinya setelah proses melahirkan. Tanda dan gejala awal diabetesTanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM atau kencing manis yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan kadar gula dalam darah mencapai nilai 160 – 180 mg/dL dan air seni (urine) penderita kencing manis yang mengandung gula (glucose), sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti semut. Gejala hiperglikemia/ diabetes yang khusus adalah: 1. Cepat merasa haus (polidipsia) Polidipsia muncul karena sebagian besar air yang ada di dalam sel tertarik ke dalam darah (yang mengandung glukosa dalam jumlah yang tinggi) akibat perbedaan tekanan osmosis. Akibatnya, sel kekurangan cairan. 2. Sering bang air keil (poliuria) Poliuria muncul karena air di dalam pembuluh darah terlalu banyak sehingga perlu dikeluarkan. 3. Sering mengalami kelaparan ekstrim (polifagia). Polifagia muncul karena sebagian besar sel-sel tubuh kita kelaparan (tidak mendapatkan makanan yang dibutuhkan), karena glukosa sebagai hasil penguraian makanan yang kita makan tidak masuk ke dalam sel. 4. Cepat merasa lelah dan mengantuk Hal ini terjadi karena sebagian sel-sel tubuh kita tidak mendapatkan glukosa yang dibutuhkan untuk tetap bugar. 5. Penurunan berat badan yang ekstrim dan tanpa sebab. 6. Emosi tidak stabil. 7. Penglihatan kabur. 8.Mudah terserang infeksi Pada wanita akan mudah mengalami infeksi jamur pada vagina. 9. Luka yang sulit sembuh Jika mengalami luka akan sulit sembuh karena diabetes mempengaruhi kemampuan tubuh untuk menyembuhkan diri dan melawan infeksi. Ketika kadar gula dalam tubuh sudah mencapai kadar yang tinggi biasanya terjadi gejala seperti : pusing, gangguan penglihatan dan haus. Faktor resiko diabetes melitusFaktor Risiko Diabetes Melitus tipe 1 1. Faktor keturunan Seorang anak dengan ayah pengidap diabetes tipe 1 mempunyai resiko yang lebih besar menderita diabetes tipe 1 dibandingkan anak dengan ibu pengidap diabetes tipe 1. Karena resiko ini maka pernikahan antar sesame penderita diabetes sangat tidak dianjurkan, baik penderita diabetes tipe 1 maupun tipe 2. 2. Penyakit autoimun Penyakit ini menyebabkan sel-sel darah putih menyerang dan menyebabkan kerusakan organ pancreas. Penderita seperti ini terdeteksi mempunyai antibody terhadap insulin (menganggap insulin tubuhnya sendiri sebagai benda asing yang harus diserang). 3. Faktor lingkungan Misalnya: infeksi virus (gondongan, campak jerman, coxsackie – virus yang masuk ke dalam saluran pencernaan tapi bisa menyebabkan radang selaput otak), bakteri (infeksi gigi), atau sesuatu yang berkaitan dengan nutrisi (memperkenalkan susu sapi terlalu dini). Faktor resiko Diabetes Mellitus Tipe 2 Meskipun belum diketahui secara pasti mengapa seseorang menderita diabetes sedangkan yang lain tidak, namun sudah pasti bahwa beberapa faktor berikut akan meningkatkan resiko anda untuk terkena diabetes tipe 2: 1. Riwayat keluarga Orang tua atau saudara kandung menderita diabetes. Hal ini umumnya berkaitan dengan pola hidup dan pola makan. 2. Kelebihan berat badan 80 – 85% dari penderita diabetes tipe 2 mengalami kelebihan berat badan bahkan kegemukan/obesitas. Banyaknya jaringan lemak pada mereka yang kelebihan berat badan menyebabkan sel-sel tubuh makin resisten terhadap insulin. Yang juga penting adalah di bagian mana kelebihan berat badan tersebut terjadi. Misal: di perut akan beresiko lebih besar. Kabar baiknya adalah kadar gula darah akan turun seiring dengan penurunan berat badan. 3. Sedentary lifestyle (kebiasaan tidak banyak bergerak). Semakin anda kurang aktif bergerak, semakin besar resiko terkena diabetes. Manfaat aktifitas fisik dan olahraga: - Membantu menurunkan berat badan - Membantu menggunakan glukosa sebagai sumber energy. - Membuat sel-sel tubuh lebih sensitive terhadap insulin. - Membantu membentuk otot, sehingga sebagian besar glukosa di dalam darah akan diserap ke dalam otot. Jika anda kekurangan otot akan lebih banyak glukosa yang berada di dalam darah. 4. Usia Usia ini sering berkaitan dengan makin jarangnya beraktifitas fisik / berolahraga, sehingga lebih sedikit jaringan otot yang terbentuk dan bertambahnya berat badan. 5. Pernah menderita Diabetes Melitus Gestasional atau pernah melahirkan bayi dengan berat > 4,1 kg. 6. Hipertensi (≥ 149 / 90 mmHg) 7. Hiperlipidemia 8. HDL ≤ 35 mg/dL, trigliserida ≥250 mg/dL, atau keduanya 9. Merokok Diagnosa diabetes mellitusDiabetes melitus ditegakan atas dasar pemeriksaan kadar gula darah. Pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan bahan darah plasma dari pembuluh darah vena. Pemeriksaan ini dilakukan di laboratorium. Berikut rentang normal hasil pemeriksaan glukosa dalam darah : 1. Gula Darah Puasa (GDP) Puasa adalah suatu kondisi tidak ada asupan kalori minimal 8 jam. Rentang normal dari GDP adalah 80mg/dL-126mg/dL. 2. Gula Darah 2jam Setelah Makan Pemeriksaan Gula Darah 2jam Setelah Makan adalah suatu kondisi dengan beban kalori 75gram. Rentang normal dari Gula Darah 2jam Setelah Makan adalah 80mg/dL- 200mg/dL. 3. Gula Darah Acak (GDA) / sewaktu-waktu Rentang normal dari GDA adalah 80mg/dL-200mg/dL. 4. HbA1c HbA1c atau Hemoglobin A1c adalah komponen minor dari hemoglobin yang berikatan dengan glukosa. Pemeriksaan HbA1c adalah pemeriksaan yang dapat menggambarkan rata-rata gula darah selama 2-3 buan terakhir sehingga dapat digunakan untuk melihat seberapa baik pengobatan diabetes melitus. Nilai normal HbA1c adalah 4-5,6%, mengindikasikan prediabetes adalah 5,7-6,4% dan mengindikasikan diabetes, >6.5% Namun demikian, kadar gula tentu saja terjadi peningkatan setelah makan dan mengalami penurunan diwaktu pagi hari bangun tidur. Seseorang dikatakan mengalami hyperglycemia apabila kadar gula dalam darah jauh diatas nilai normal, sedangkan hypoglycemia adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami penurunan nilai gula dalam darah dibawah normal. Banyak alat test gula darah yang diperdagangkan saat ini dan dapat dibeli dibanyak tempat penjualan alat kesehatan atau apotik seperti Accu-Check, BCJ Group, Accurate, OneTouch UltraEasy machine. Bagi penderita yang terdiagnosa Diabetes Mellitus, ada baiknya bagi mereka jika mampu untuk membelinya Penanganan diabetes melitusPenderita diabetes tipe 1 umumnya menjalani pengobatan therapi insulin (Lantus/Levemir, Humalog, Novolog atau Apidra) yang berkesinambungan, selain itu adalah dengan berolahraga secukupnya serta melakukan pengontrolan menu makanan (diet). Pada penderita diabetes mellitus tipe 2, penatalaksanaan pengobatan dan penanganan difokuskan pada gaya hidup dan aktivitas fisik. Pengontrolan nilai kadar gula dalam darah adalah menjadi kunci program pengobatan, yaitu dengan mengurangi berat badan, diet, dan berolahraga. Jika hal ini tidak mencapai hasil yang diharapkan, maka pemberian obat tablet akan diperlukan. Bahkan pemberian suntikan insulin turut diperlukan bila tablet tidak mengatasi pengontrolan kadar gula darah. Penanganan diabetes tentu harus didasarkan pada rekomendasi dokter dengan hasil pemeriksaan terlebih dahulu. Namun beberapa hal berikut ini perlu menjadi perhatian agar penanganan diabetes menjadi lebih maksimal 1. Membuat komitmen untuk dapat menjaga kadar glukosa dalam darah. Mengkonsumsi obat seperti yang direkomendasikan oleh dokter. Mengkonsumsi makanan sehat dan melakukan aktifitas fisik setiap hari untuk menjaga kondisi tubuh. 2. Berkonsultasi dengan dokter spesialis mata secara rutin setiap 6 bulan sekali untuk melihat kemungkinan gejala kerusakan retina mata, katarak, dan glaukoma. 3. Menjaga sistem kekebalan tubuh. Peningkatan kadar gula darah dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh. Hal tersebut dapat menyebabkan tubuh mudah terinfeksi bakteri dan virus. 4. Menjaga kondisi kaki Mencuci kaki setiap hari dengan menggunakan air hangat lalu keringkan dengan handuk yang lembut. Melembabkan kaki dengan lotion. Periksa kaki setiap hari untuk melihat adanya lecet, luka, kemerahan atau bengkak. 5. Menjaga agar tekanan darah dan kadar kolesterol berada pada rentang normal dengan cara mengkonsumsi makanan sehat dan melakukan olahraga fisik setiap hari. 6. Berhenti merokok Merokok dapat meningkatkan resiko terjadinya komplikasi diabetes, seperti jantung, stroke, kerusakan saraf dan penyakit ginjal. Perokok yang menderita diabetes melitus memiliki resiko tiga kali lebih tinggi dari pada penderita diabetes non- merokok. 7. Berhenti mengkonsumsi alkohol Minuman yang mengandung alkohol dapat meningkatkan kadar gula dalam darah terutama jika dikonsumsi bersamaan dengan makan. 8. Mengurangi stress karena hormon tubuh yang keluar karena stress dapat mencegah insulin bekerja dengan baik. Komplikasi diabetes melitusDalam beberapa kasus diabetes melitus ditemukan beberapa masalah serius terkait kesehatan yang terpengaruh karena diabetes melitus. Berikut beberapa contohnya : 1. Mengalami masalah pada jantung dan pembuluh darah. 2. Mengalami kerusakan pada saraf (neuropathy). Neuropathy yang ditandai dengan sering merasakan gatal tanpa sebab. 3. Kerusakan pada ginjal (nefropathy). 4. Kerusakan pada mata (retinopathy). 5. Kerusakan pada kaki. Kerusakan saraf di kaki atau aliran darah yang buruk ke kaki sehingga meningkatkan resiko berbagai komplikasi pada kaki. Luka dan lecet dapat menyebabkan infeksi serius pada kaki dan dapat memburuk sehingga memerlukan tindakan amputasi. 6. Luka yang lambat untuk disembuhkan atau tertutup. 7. Sering terjadi infeksi . 8. Gangguan pada kehidupan sex. Diabetes dapat menyebabkan masalah atau merusak pembuluh darah dan saraf pada alat kelamin. Hal ini dapat mengakibatkan hilangnya perasaan dan membuat sulit untuk mengalami orgasme. Pada perempuan dapat menyebabkan kekeringan vagina. Sedangkan pada pria dapat menyebabkan impotensi. Tindakan pencegahan diabetes mellitusSetiap orang pasti tidak ingin menderita diabetes melitus, satu-satunya cara adalah untuk mencegahnya adalah dengan mengubah pola hidup. Berikut adalah pola hidup yang dapat mencegah menderita penyakit diabetes melitus : 1. Jangan merokok atau berhenti merokok. 2. Mengatur pola makan Seimbangkan kadar gula darah dengan diet dan ikuti cara memasak yang sehat: - Kurangi asupan kalori: kurangi porsi makan bukan frekuensi makan - Batasi makanan yang kaya karbohidrat dalam makanan yaitu 55 – 60% - Pilih karbohidrat kompleks bukan karbohidrat sederhana. - Perbanyak makanan yang kaya serat - Batasi konsumsi lemak < 30% dari komposisi makanan - Pilih makanan yang rendah kadar lemak, misal: ikan, daging tak berlemak, ayam tanpa kulit. Masak makanan dengan cara direbus atau dipanggang, bukan digoreng. - Jika ingin membuat kue/cake, gunakan margarine sebagai pengganti mentega. - Jika mengkonsumsi susu, pilih susu non-fat, low-fat atau skim (susu segar yang bagian batasnya / kepala susu sudah dibuang). - Batasi / hindari makanan yang kaya lemak, misal: daging berlemak (pada sate kambing), sop buntut, soto sulung, cake, keju dan makanan yang rasanya gurih bukan karena penyedap rasa (MSG). 3. Melakukan aktifitas fisik Lakukan olahraga setiap hari selama 30 menit, misal: jalan kaki pagi hari. Olahraga terbukti membantu menurunkan kadar gula darah. Agar tidak terjadi hipoglikemia (kadar glukosa turun terlalu rendah) pada saat atau setelah berolahraga, maka penderita dianjurkan untuk makan dulu 1 – 2 jam sebelum melakukan olahraga. Tetapi perlu diingat bahwa olahraga tidak dianjurkan jika kondisi penderita sebagai berikut: - Kadar gula darah puasa > 250 mg/dL: ada bahaya dehidrasi atau denyut jantung terlalu cepat - Kadar gula darah sewaktu < 100 mg/dL: ada bahaya hipoglikemia - Sakit: ada bahaya cedera atau hipoglikemia. 4. Menjaga berat badan ideal Jika mengalami kegemukan atau obesitas maka diperlukan usaha untuk menurunkan berat badan hingga mencapai berat badan ideal. Turunkan berat badan agar tercapai rentang yang sehat. Berat badan yang berlebihan dengan timbunan lemak akan menyebabkan insulin tidak mampu bekerja efektif. Referensi 1. http://www.mayoclinic.org/diseases conditions/type1diabetes/basics/symptoms/con- 20019573
2. http://patient.info/doctor/management-of- type-2- diabetes 3.http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/type- 2-diabetes/symptoms- causes/dxc-20169861 4. http://sehat.link/data-prevalensi- penderita-diabetes- di-indonesia.info 5. http://mediskus.com/dasar/pengertian-hba1c- pemeriksaan-dan- nilai-normal 6. http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/type- 2-diabetes/indepth/diabetes-prevention/art-20047639?pg=1 Ditulis Oleh: Tim UBS RSU Bhakti Rahayu Denpasar Operasi sectio caesarea atau yang lebih dikenal dengan istilah operasi sesar memang sudah tidak asing lagi dimasyarakat terutama bagi kaum wanita. Nah, sectio cesarea adalah suatu cara yang dilakukan untuk melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina, dengan kata lain sectio caesarea adalah suatu histerotomia untuk melahirkan janin dalam rahim (mochtar, 1998). Ini dikarenakan adanya suatu hambatan untuk proses persalinan normal seperti lemahnya tenaga sang ibu, detak jantung bayi lemah, ukuran bayi terlalu besar, dan lainnya (Puspitasari, 2011).Akibat sayatan tersebut, operasi sectio caesarea menimbulkan suatu luka dipermukaan perut. Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan karna adanya cidera atau pembedahan (Agustina, 2009). Banyak kekhawatiran yang menimbulkan berbagai pertanyaan dari para ibu yang telah melakukan operasi sectio caesarea terkait kondisi kulit dan penyembuhan luka pasca operasi. Luka yang ditumbulkan akan sembuh melalui sebuah proses penyembuhan luka. Proses penyembuhan luka adalah salah satu hal terpenting dalam pelaksanaan pasien pasca pembedahan yakni menyatukan kedua tepi luka berdekatan dan saling berhadapan, jaringan yang dihasilkan sangat sedikit biasanya dalam waktu 10 sampai 14 hari, repitalisasi secara normal sudah sempurna dan biasanya hanya menyisakan jaringan paruh tipis yang cepat memudar dengan warna merah muda menjadi putih (Morison,2001). Pada beberapa kasus tertentu, luka pasca operasi sectio caesarea ini dapat menimbulkan bekas dan ada juga yang mengalami hambatan dalam proses penyembuhannya. Berbagai macam kemungkinan penyebab hal ini bisa terjadi. Tetapi banyak juga kasus penyembuhan luka yang baik ,cepat dan meninggalkan bekas yang minimal. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka itu sendiri. Faktor yang dapat mempengaruhi penyembuhan luka Sectio CaesariaFaktor- faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka dapat berupa faktor lokal dan faktor umum. Factor local seperti (Ekaputra , 2013) : 1. Praktek manajemen luka (perawatan luka) 2. Infeksi 3. Adanya benda asing. Sedangkan factor umum terdiri dari: 1. Usia, kulit orang dewasa muda lebih cepat untuk penyembuhan luka 2. Nutrisi, nutrisi diperlukan untuk memperbaiki status nutrisi setelah pembedahan. 3. Obat-obatan, penggunaan obat-obatan antibiotic yang lama dapat membuat seseorang rentan terhadap infeksi luka sehingga dapat memperlambat proses penyembuhan luka. 4. Infeksi luas (sepsis) infeksi dapat menghambatan proses penyembuhan luka dan juga menyebabkan kerusakan pada jaringan sel. (boyle, 2008) 5. Penyakit ibu ( anemia, diabetes ) pada pasien dengan diabetes terjadi hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula darahs ehingga nutrisi tidak masuk ke dalam sel sehingga terjadi penurunan protein-kaloritubuh yang berakibat rentan terhadap infeksi (perry & potter, 2006) Daftar PustakaBoyle, M. (2009). Pemulihan Luka. Jakarta: EGC
Eka Putra, E. 2013.Evoulusi Manajemen Luka.CV.Jakarta: Trans Info Media. PuspitasarI, H. A. (2011). Faktor-faktor yang mempengaruhipenyembuhanluka post operasi section caesarea (SC). Jurusan Keperawatan STIKES MuhammadiyahGombong : Surabaya, (puspitasari1jurnalilmiahkesehatan.htm), diakses 8 Maret 2018 Potter 7 Perry.2006.Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik yang Aman. Jakarta:EGC |
Artikel KesehatanArtikel Kesehatan yang diupdate secara berkala sebaga sarana edukasi promosi kesehatan bagi masyarakat, Archives
December 2022
Kategori |
AKSES CEPAT |
Kolom pencarian
|
Butuh BANTUAN?
Hubungi Customer Service Kami
Copyright © 2017 - RS Bhakti Rahayu Denpasar
All Rights Reserved |